Kalaupun mengalami kebangkrutan, yang merasa rugi adalah diri sendiri. Tapi ternyata anggapan tersebut tak sepenuhnya benar.
Dilansir dari The Verge, Jumat (16/02/2018), Aaron Parsons yang sedang dalam pencarian menemukan bintang pertama yang terbentuk di alam semesta sekitar 13 miliar tahun lalu menyebut hal tersebut mengalanginya. Parsons menyebut, penembangan bitcoin menghalangi pencarian kosmik primordialnya.
Tapi apa yang jadi penyebab penambangan mata uang digital menghalangi pencarian bintang ya? Ternyata hal tersebut berkaitan dengan kartu grafis. Popularitas penambangan mata uang kripto ini menghabiskan kartu grafis di pasaran.
Hal tersebut membuat harga pemrosesan grafis yang disebut GPU makin tajam. GPU sendiri adalah chip super kuat yang dapat memproses data dalam jumlah besar. Tanpa GPU, para astronom seperti Parsons tidak dapat melakukan pekerjaan mereka. Parsons sendiri berkerja menggunakan teleskop radio di University of California (UC), Berkeley. Teleskop tersebut terbuat dari ratusan antena yang mengambil emisi radio yang menyerap kosmos.
Semua data tersebut perlu diproses secara real time oleh sebuah super-komputer untuk membuat peta langit. Peta langit inilah yang membantu Parsons menemukan bintang paling awal.
Pekerjaan Parsons ini tergolong penting. Pasalnya, dengan mengetahui bintang pertama, para ilmuwan akhirnya bisa memahami bagaimana alam semesta beralih dari plasma panas ke dalam kosmos yang terbuat dari galaksi dan planet. Untuk pekerjaannya ini, Parsons mencoba untuk meng-upgrade teleskop radionya yeng bernama Hydrogen Epoch of Reionization Array (HERA) dengan 350 antena di Afrika Selatan.Namun, minggu ini dia dikejutkan dengan harga GPU yang dibutuhkannya. PArsons menemukan bahwa alat untuk mengolah data dari antena tersebut naik hingga dua kali lipat.
"Aku sangat terkejut," kata Parsons dikutip dari The Verge, Jumat (16/02/2018).
"Saya biasanya menganggap mata uang digital sebagai semacam hal yang kurang penting, dan saya terkejut dan sedikit kesal mengetahui bahwa itu berdampak pada bottom line dari teleskop kami," sambungnya.
Penambangan mata uang digital seperti bitcoim memerlukan GPU untuk memecahkan masalah matematika yang semakin rumit untuk menciptakan uang digital baru. Ini adalah sistem yang membuat jaringan aman. Sayangnya, hal itu sekaligus meningkatkan konsumsi energi dan membuat harga GPU melambung tinggi di pasaran.Permintaan GPU makin tinggi dari hari ke hari. Hal ini membuat produsennya belum bisa memenuhi permintaan tersebut.
Dirangkum dari BBC, Rabu (14/02/2018), mahalnya harga GPU mulai mengganggu beberapa pihak. Mulai dari gamer hingga peneliti SETI yang mencari kehidupan alien. Bagi Parsons, ini berarti dia harus membangun teleskop yang lebih kecil. Padahal itu akan membuatnya sulit mendeteksi sinyal radio meski samar, berbeda dengan teleskop besar.
Dengan kata lain, ini akan menghalangi kemampuannya untuk melihat jauh ke masa lalu."(Menghilangkan kesempatan menjawab pertanyaan) kisah asal kita, bagaimana kita bisa berada di sini saat berada di alam semesta yang begitu luas," kata Parsons. Pengalaman serupa juga pernah dialami oleh astronom Keith Vanderline dari University of Toronto pada 2014. Saat itu dia sedang membangun versi purwa-rupa dari teleskop radio Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment (CHIME).
"Kami merancang semuanya, mengeluarkan semua ini, dan tiba-tiba saja bitcoin muncul di berita utama dan bermalam harga GPU dua kali lipat. Dan dalam seminggu, mereka semua hilang (dari pasaran),"kata Vanderlinde."
Ketika kami membutuhkan 50 (GPU) pada 2014, saya mencoba membeli di eBay dengan kartu kredit pribadi sepanjang malam dengan membeli kartu individual," imbuhnya.
Menurut Venderline, tanpa perangkat tersebut, dia dan semua astronom nyaris tak bisa melakukan apapun untuk menemukan bintang."(GPU) adalah komponen penting. Tanpa memiliki pengilahan ditempat, Anda tidak bisa melakukan apapun," ujar Venderline."Kita tidak bisa menyalakan teleskop sampai kita punya itu di tangan," tutupnya.
sumber : kompas.com